Site Map

Kamis, 05 Juli 2012

BATIK SOGAN, PEMINATNYA TAK PERNAH MENGENAL JAMAN

SRAGEN - SEPINTAS, batik yang diproduksi di Rumah Produksi Batik milik Harso Suwito Harno itu terlihat sama dengan batik-batik lainnya. Namun jika ditelusuri proses pembuatannya, barulah ditemukan perbedaan yang sangat mendasar. Batik tersebut ternyata dibuat dengan menggunakan pewarna alami.

Saat di jumpai di rumahnya di Desa Pilang Kecamatan Masaran, dia menceritakan, bahan pewarna yang dia gunakan berasal dari bahan-bahan alami. Antara lain kulit dan kayu pepohonan, mulai dari pohon secang, tingi, jambal dan tegeran. Pohon-pohon ini biasanya tumbuh di pulau Kalimantan.

Sudah puluhan tahun ia menekuni pembuatan batik yang menggunakan pewarna alam. Selama puluhan tahun itu pula, tak pernah ia sepi dari peminat batik. Golongan menengah keatas segmen yang dibidiknya.

Batik Sogan
Batik yang menggunakan pewarna alami ini biasanya di sebut Batik Sogan. Batik ini merupakan cikal bakalnya kain batik. Nuansanya klasik dengan warna dominan variasi dari warna coklat. Dinamakan batik sogan karena pada awal mulanya, proses pewarnaan batik ini  menggunakan pewarna alami yang diambil dari batang kayu pohon soga tinggi. Penggunaan pewarna alami ini menyebabkan warna batik terasa lebih sejuk. Itu sebabnya, batik warna alami lebih diminati wisatawan mancanegara daripada batik dengan pewarna sintetis.

Batik Sogan merupakan jenis batik yang identik dengan daerah keraton Jawa yaitu Yogyakarta dan Solo, motifnya pun biasanya mengikuti pakem motif-motif klasik keraton. Sogan Yogya dan Solo juga dapat dibedakan dari warnanya. Biasanya sogan Yogya dominan berwarna coklat tua-kehitaman dan putih, sedangkan sogan Solo berwarna coklat-oranye dan coklat.

Batik sogan yang klasik ini memang selalu banyak peminatnya dan langgeng tanpa mengenal jaman, selalu ada pecinta jenis batik ini, meski sekarang ini banyak motif batik modern.

Lebih Sulit Pengerjaanya
Jika batik yang menggunakan pewarna kimia, proses pewarnaanya paling lama hanya membutuhkan waktu satu minggu. Batik Sogan bisa membutuhkan hingga waktu lebih dari satu bulan untuk proses pewarnaanya. Batik yang menggunakan pewarna kimia, pada proses pewarnaanya hanya membutuhkan satu kali celupan pada cairan pewarna. Namun berbeda dengan batik sogan yang membutuhkan hingga 30 kali celupan pada air pewarna alaminya. Satu kali celupan prosesnya membutuhkan waktu satu hari, jadi total 30 kali celupan membutuhkan waktu hingga 30 hari. Lama dan sulit itulah yang membuat perajin batin sogan kian jarang ditemui.

Lelaki setengah baya yang biasa di panggil Harno ini menjelaskan, pertama kayu dan kulit pohon tinggi, jambal dan teger di cacah-cacah menjadi ukuran yang kecil, menyerupai tatal kayu. Tatal kayu ini kemudian direbus dengan air hingga sepuluh atau duabelas jam lamanya. Kemudian air hasil rebusan di saring. Air inilah yang digunakan untuk mewarnai kain batik.

Kain batik yang akan diwarnai kemudian di rendam didalam cairan pewarna alami tersebut selama satu malam. Paginya kain ditiriskan, dan airnya ditampung kembali ke dalam kolah tempat cairan pewarna alami tersebut. Setelah empat jam ditiriskan, kain kemudian di jemur ditempat teduh, tidak bersentuhan langsung dengan sinar matahari. Penjemuran ini berlangsung hinga sore hari dan kain siap direndam semalaman lagi. Proses perendaman ini berlangsung hingga 30 kali atau 30 malam secara berulang-ulang, Rendam, tiriskan jemur begitu seterusnya hingga 30 hari lamanya.

Lama dan sulit dalam pembuatannya membuat batik sogan berharga lebih mahal bila dibandingkan dengan batik yang menggunakan pewarna kimia.  Biasanya harganya dua hingga tiga kali lipatnya. Meski begitu, batik sogan tetap mempunyai banyak kelebihan bila dibandingkan dengan batik pewarna kimia.

Warna Lebih Ekslusif
Berbeda dengan batik yang menggunakan pewarna kimia, batik yang diproduksi dengan pewarna alami akan sulit  dicari kembaranya. Keunikannya yang sulit untuk menciptakan warna yang sama meski dalam waktu pewarnaan yang bersamaan, memberi kesan eklusif tersendiri bagi batik sogan. Kain yang satu dengan kain yang lainnya meski dalam satu waktu pengerjaan yang bersamaan hasilnya pasti ada bedanya. Namun justru karena itu, hasil karya ini lebih disukai bagi pemakai batik yang berselera tinggi.

Kombinasi warna batik sogan tidak terlalu jauh dari warna coklat. Kombinasi warnanya biasanya coklat muda, coklat tua, coklat kekuningan, coklat kehitaman dan coklat kemerahan. ’’Kayu secang menimbulkan warna kemerahan. Kayu tingi kehijauan. Kayu jambal hitam kecoklatan, dan sebagainya. kalau dicampur akan memunculkan warna lain” jelas Harno.

Ramah Lingkungan
Yang pasti, karena berasal dari bahan-bahan alami, limbah yang dihasilkan sangat ramah lingkungan. Pewarna alami sangat akrab dengan lingkungan, jadi meski limbah sisa pewarna alami ini di buang ke selokan, di tanah, atau bahkan di sawah secara langsung, tidak akan menimbulkan polusi.

“Karena berasal dari alam, dengan sendirinya zat-zat yang terkandung dalam pewarna alami dapat mudah terurai. Berbeda dengan pewarna tekstil sintetis yang sulit terurai di alam,” jelas Harno.

Tahan Puluhan Tahun
Batik yang dicelup menggunakan pewarna alami memang lebih cepat pudar dibanding dengan menggunakan pewarna kimiawi, karena batik dengan pewarna alami tidak mengalami proses fiksasi (penguncian warna) yang maksimal. Seberapa tahan warna itu pudar ? Harno menjelaskan ’’Kalau perawatannya benar, bisa tahan puluhan tahun. Asalkan dicuci dengan sabun lerak, dijamin warna akan tetap muncul, bahkan semakin bagus, jelasnya.

Cirikhas Batik Sogan
Bila dilihat sekilas, batik yang menggunakan pewarna kimia dengan batik sogan memang hampir sama. Namun bila diamati lebih teliti, ada perbedaan di kedua jenis batik ini. Pada batik sogan, pola pada warna terang atau warna coklat terang tidak akan bisa terlihat bersih polos, melainkan akan terlihat seperti ada serat-serat warna coklat. Inilah cirikhas yang tak bisa ditemui pada batik yang menggunakan warna kimia.

Cara Merawat Batik Sogan
Harno menjelaskan, kain batik dengan pewarnaan alami membutuhkan penanganan khusus dibanding kain batik biasa. Untuk mencuci kain batik sebaiknya dengan menggunakan lerak. Jangan pernah sekali-kali mencucinya dengan mesin cuci. Sewaktu menjemur sebaiknya jangan di bawah sinar matahari secara langsung, lebih baik menjemurnya dalam keadaan terbalik. Bila ingin memberi pewangi dan pelembut kain pada batik tulis, jangan disemprotkan langsung pada kainnya. Sebelumnya, tutupi dulu kain dengan kain pelapis lainnya lebih baik yang berwarna muda/polos, baru semprotkan cairan pewangi dan pelembut kain.
Sewaktu menyeterika, sebaiknya dilapisi dengan kain. Jangan menyeterika langsung di atas kain batik, karena bisa mempengaruhi motif dan warnanya. Sebaiknya juga tidak menyemprotkan parfum atau minyak wangi langsung ke kain atau pakaian berbahan batik berpewarna alami.

Perajin Batik Soga Kian Jarang
Karena faktor kesulitan dan waktu proses pengerjaan yang lama, kini perajin batik sogan kian jarang ditemui. Harno merupakan salah satu dari delapan puluh lebih perajin batik di desa pilang yang masih setia membuat batik sogan. Perajin lainnya lebih memilih menggunakan pewarna kimia. Selain mudah dalam pengerjaannya, produksi batik dengan menggunakan pewarna kimia ongkos produksinya lebih irit. Meskipun rekan-rekan seprofesinya telah jarang yang membuat batik sogan yang memakai pewarna alami, Harno akan tetap setia menekuni pembuatan batik sogan. (N. Hartono – Humas)

0 komentar:

Posting Komentar