Site Map

Kamis, 05 Juli 2012

MELON SRAGEN SIAP MASUK PASAR EKSPORT

SRAGEN -  Buah Melon asal desa Gabus Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen siap memasuki pasar eksport. Pasalnya budidaya tanaman melon di desa ini telah mengikuti standart ASEAN Good Agriculture Pratices (GAP). Hal tersebut diutarakan oleh Direktur Budidaya dan Pasca Panen Buah Kementerian Pertanian RI Ir. Sri Kuntarsih, MM saat panen perdana buah Melon di Demplot Pengembangan Kawasan Buah Melon standart ASEAN GAP di desa Gabus Kecamatan Ngrampal Kab. Sragen, Selasa (26 Juni 2012).

ASEAN GAP merupakan standar untuk panduan budidaya (buah dan sayur) baik dalam proses produksi sampai panen serta penanganan pasca panen di kebun dan di tempat dimana produk disiapkan dan dikemas untuk dijual. Sri Kuntarsih mengungkapkan, saat ini Indonesia telah mengikuti program ASEAN GAP yang konsekwensinya di tahun 2015 semua produk tanaman harus mengikuti standart GAP agar bisa memasuki pasar eksport di Asean. 
Pada kesempatan tersebut Kuntarsih memberikan apresiasi pada kelompok tani Melon pimpinan Samin ini. Meski membudidayakan Melon tidaklah gampang tapi nyatanya petani bisa memetik hasil panen dengan baik. Apalagi jenis Melon yang di tanam ini terbilang jenis varietas  baru yakni Sakata Glamour. “Memang untuk mengikuti pangsa pasar, kita harus berani untuk selalu mencoba jenis jenis varietas baru permintaan konsumen, “ katanya.

Budidaya tanaman Melon meski tingkat kegagalan panenya tidak kecil namun  hasilnya juga lumayan besar. Untuk sepertiga hektarnya petani harus mengeluarkan modal biaya produksi sebesar 20 hingga 30 juta rupiah. Hasil panennya bisa mencapai 65 juta rupiah dalam masa tanam sekitar dua bulan. Jadi petani akan untung bersih sekitar 40-an juta rupiah.

Kuntarsih mengungkapkan, sebenarnya tanaman melon bisa dibudidayakan sepanjang masa, baik musim penghujan maupun musim kemarau. Agar masa panen tidak berbarengan, Asosiasi Petani Melon-lah yang bertanggug jawab untuk mengatur masa tanam. Apabila masa tanam bisa diatur, maka nantinya panen melon akan bisa dilakukan sepanjang minggu, sehingga eksport pun juga bisa dilakukan sepanjang waktu.

Agar kualitas produk yang masuk dalam program ASEAN GAP nantinya  bisa dijaga kualitasnya. Indonesia akan mendatangkan auditor ASEAN GAP dari negara konsumen. “Sehingga kepercayaan dari negara konsumen akan tetap terjaga,” tutur Kuntarsih.

Sementara Ir. Sumantri dari Dinas Pertanian Propinsi Jawa Tengah mengungkapkan, dipilihnya kabupaten Sragen sebagai lokasi demplot tanaman melon ASEAN GAP karena Sragen merupakan sentra budidaya melon di Jawa Tengah. Selain itu  di Sragen juga telah berdiri Asosiasi Agribisnis Melon Indonesia (AAMI). Dengan mengikuti program ini, Sumantri mengharapkan, produksi melon Indonesia akan terangkat harganya dan bisa memasuki pasar ekspot. Meski demplot tanaman melon ini beberapa waktu lalu sempat terkena serangan hama Vusarium, namun hal itu bukan merupakan kendala, karena sudah tertangani dengan baik. Untuk membimbing para petani melon di demplot ini, Dinas Pertanian Prop Jateng telah menunjuk Dr. Ir. Sobir sebagai pendamping teknis bagi para petani.

Secara keseluruhan pada bulan Juni 2012 ini panen melon di Kabupaten Sragen sebanyak 6367 ton dengan luasan lahan 32 Ha dan angka produktivitasnya 230,20 Kw/Ha seperti diungkapkan Plt Sekda Ir. Endang Handayani, MM pada kesempatan yang sama. (N.Hart)

0 komentar:

Posting Komentar