Site Map

Indahnya Panorama Baturaden

Baturraden adalah keindahan yang memancar dari lereng Gunung Slamet. Lokasi wisata yang berjarak hanya sekitar 15 km dari kota Purwokerto, Jawa Tengah ini, tak hanya menyimpan panorama alam yang molek, tetapi juga cerita rakyat tentang Raden Kamandaka, atau Lutung Kasarung yang cukup akrab di masyarakat Indonesia.

Bali Deso Bangun Deso Masuki Tahap III

SEMARANG - Gerakan Bali nDeso mBangun Deso (BDBD) yang menjadi obsesi Gubernur Jateng H. BIBIT WALUYO untuk mencapai Visi : “Terwujudnya Masyarakat Jawa Tengah Yang Semakin Sejahtera, Mandiri, dan Berdaya Saing Tinggi”, kini hampir memasuki Tahap III dari 3 (tiga)

Bupati Rembang Raih Parahita Ekapraya Madya

REMBANG - Bupati Rembang H Moch Salim baru-baru ini meraih Penghargaan Parahita Ekapraya Madya dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Balai Kartini Jakarta pada puncak peringatan Hari Ibu (22/12)

Museum Sangiran, Resmi jadi Warisan Budaya Dunia

Sejak dibangun pada 2005 silam, museum sangiran yang terletak di Kecamatan Kalijambe, akhirnya diresmikan penggunaannya oleh Wakil Menteri pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan yang juga sebagai pembuat Desain Engginering Plan Sangiran, Prof Dr. Windu Nuryati, PHD

Kamis, 05 Juli 2012

BATIK SOGAN, PEMINATNYA TAK PERNAH MENGENAL JAMAN

SRAGEN - SEPINTAS, batik yang diproduksi di Rumah Produksi Batik milik Harso Suwito Harno itu terlihat sama dengan batik-batik lainnya. Namun jika ditelusuri proses pembuatannya, barulah ditemukan perbedaan yang sangat mendasar. Batik tersebut ternyata dibuat dengan menggunakan pewarna alami.

Saat di jumpai di rumahnya di Desa Pilang Kecamatan Masaran, dia menceritakan, bahan pewarna yang dia gunakan berasal dari bahan-bahan alami. Antara lain kulit dan kayu pepohonan, mulai dari pohon secang, tingi, jambal dan tegeran. Pohon-pohon ini biasanya tumbuh di pulau Kalimantan.

Sudah puluhan tahun ia menekuni pembuatan batik yang menggunakan pewarna alam. Selama puluhan tahun itu pula, tak pernah ia sepi dari peminat batik. Golongan menengah keatas segmen yang dibidiknya.

Batik Sogan
Batik yang menggunakan pewarna alami ini biasanya di sebut Batik Sogan. Batik ini merupakan cikal bakalnya kain batik. Nuansanya klasik dengan warna dominan variasi dari warna coklat. Dinamakan batik sogan karena pada awal mulanya, proses pewarnaan batik ini  menggunakan pewarna alami yang diambil dari batang kayu pohon soga tinggi. Penggunaan pewarna alami ini menyebabkan warna batik terasa lebih sejuk. Itu sebabnya, batik warna alami lebih diminati wisatawan mancanegara daripada batik dengan pewarna sintetis.

Batik Sogan merupakan jenis batik yang identik dengan daerah keraton Jawa yaitu Yogyakarta dan Solo, motifnya pun biasanya mengikuti pakem motif-motif klasik keraton. Sogan Yogya dan Solo juga dapat dibedakan dari warnanya. Biasanya sogan Yogya dominan berwarna coklat tua-kehitaman dan putih, sedangkan sogan Solo berwarna coklat-oranye dan coklat.

Batik sogan yang klasik ini memang selalu banyak peminatnya dan langgeng tanpa mengenal jaman, selalu ada pecinta jenis batik ini, meski sekarang ini banyak motif batik modern.

Lebih Sulit Pengerjaanya
Jika batik yang menggunakan pewarna kimia, proses pewarnaanya paling lama hanya membutuhkan waktu satu minggu. Batik Sogan bisa membutuhkan hingga waktu lebih dari satu bulan untuk proses pewarnaanya. Batik yang menggunakan pewarna kimia, pada proses pewarnaanya hanya membutuhkan satu kali celupan pada cairan pewarna. Namun berbeda dengan batik sogan yang membutuhkan hingga 30 kali celupan pada air pewarna alaminya. Satu kali celupan prosesnya membutuhkan waktu satu hari, jadi total 30 kali celupan membutuhkan waktu hingga 30 hari. Lama dan sulit itulah yang membuat perajin batin sogan kian jarang ditemui.

Lelaki setengah baya yang biasa di panggil Harno ini menjelaskan, pertama kayu dan kulit pohon tinggi, jambal dan teger di cacah-cacah menjadi ukuran yang kecil, menyerupai tatal kayu. Tatal kayu ini kemudian direbus dengan air hingga sepuluh atau duabelas jam lamanya. Kemudian air hasil rebusan di saring. Air inilah yang digunakan untuk mewarnai kain batik.

Kain batik yang akan diwarnai kemudian di rendam didalam cairan pewarna alami tersebut selama satu malam. Paginya kain ditiriskan, dan airnya ditampung kembali ke dalam kolah tempat cairan pewarna alami tersebut. Setelah empat jam ditiriskan, kain kemudian di jemur ditempat teduh, tidak bersentuhan langsung dengan sinar matahari. Penjemuran ini berlangsung hinga sore hari dan kain siap direndam semalaman lagi. Proses perendaman ini berlangsung hingga 30 kali atau 30 malam secara berulang-ulang, Rendam, tiriskan jemur begitu seterusnya hingga 30 hari lamanya.

Lama dan sulit dalam pembuatannya membuat batik sogan berharga lebih mahal bila dibandingkan dengan batik yang menggunakan pewarna kimia.  Biasanya harganya dua hingga tiga kali lipatnya. Meski begitu, batik sogan tetap mempunyai banyak kelebihan bila dibandingkan dengan batik pewarna kimia.

Warna Lebih Ekslusif
Berbeda dengan batik yang menggunakan pewarna kimia, batik yang diproduksi dengan pewarna alami akan sulit  dicari kembaranya. Keunikannya yang sulit untuk menciptakan warna yang sama meski dalam waktu pewarnaan yang bersamaan, memberi kesan eklusif tersendiri bagi batik sogan. Kain yang satu dengan kain yang lainnya meski dalam satu waktu pengerjaan yang bersamaan hasilnya pasti ada bedanya. Namun justru karena itu, hasil karya ini lebih disukai bagi pemakai batik yang berselera tinggi.

Kombinasi warna batik sogan tidak terlalu jauh dari warna coklat. Kombinasi warnanya biasanya coklat muda, coklat tua, coklat kekuningan, coklat kehitaman dan coklat kemerahan. ’’Kayu secang menimbulkan warna kemerahan. Kayu tingi kehijauan. Kayu jambal hitam kecoklatan, dan sebagainya. kalau dicampur akan memunculkan warna lain” jelas Harno.

Ramah Lingkungan
Yang pasti, karena berasal dari bahan-bahan alami, limbah yang dihasilkan sangat ramah lingkungan. Pewarna alami sangat akrab dengan lingkungan, jadi meski limbah sisa pewarna alami ini di buang ke selokan, di tanah, atau bahkan di sawah secara langsung, tidak akan menimbulkan polusi.

“Karena berasal dari alam, dengan sendirinya zat-zat yang terkandung dalam pewarna alami dapat mudah terurai. Berbeda dengan pewarna tekstil sintetis yang sulit terurai di alam,” jelas Harno.

Tahan Puluhan Tahun
Batik yang dicelup menggunakan pewarna alami memang lebih cepat pudar dibanding dengan menggunakan pewarna kimiawi, karena batik dengan pewarna alami tidak mengalami proses fiksasi (penguncian warna) yang maksimal. Seberapa tahan warna itu pudar ? Harno menjelaskan ’’Kalau perawatannya benar, bisa tahan puluhan tahun. Asalkan dicuci dengan sabun lerak, dijamin warna akan tetap muncul, bahkan semakin bagus, jelasnya.

Cirikhas Batik Sogan
Bila dilihat sekilas, batik yang menggunakan pewarna kimia dengan batik sogan memang hampir sama. Namun bila diamati lebih teliti, ada perbedaan di kedua jenis batik ini. Pada batik sogan, pola pada warna terang atau warna coklat terang tidak akan bisa terlihat bersih polos, melainkan akan terlihat seperti ada serat-serat warna coklat. Inilah cirikhas yang tak bisa ditemui pada batik yang menggunakan warna kimia.

Cara Merawat Batik Sogan
Harno menjelaskan, kain batik dengan pewarnaan alami membutuhkan penanganan khusus dibanding kain batik biasa. Untuk mencuci kain batik sebaiknya dengan menggunakan lerak. Jangan pernah sekali-kali mencucinya dengan mesin cuci. Sewaktu menjemur sebaiknya jangan di bawah sinar matahari secara langsung, lebih baik menjemurnya dalam keadaan terbalik. Bila ingin memberi pewangi dan pelembut kain pada batik tulis, jangan disemprotkan langsung pada kainnya. Sebelumnya, tutupi dulu kain dengan kain pelapis lainnya lebih baik yang berwarna muda/polos, baru semprotkan cairan pewangi dan pelembut kain.
Sewaktu menyeterika, sebaiknya dilapisi dengan kain. Jangan menyeterika langsung di atas kain batik, karena bisa mempengaruhi motif dan warnanya. Sebaiknya juga tidak menyemprotkan parfum atau minyak wangi langsung ke kain atau pakaian berbahan batik berpewarna alami.

Perajin Batik Soga Kian Jarang
Karena faktor kesulitan dan waktu proses pengerjaan yang lama, kini perajin batik sogan kian jarang ditemui. Harno merupakan salah satu dari delapan puluh lebih perajin batik di desa pilang yang masih setia membuat batik sogan. Perajin lainnya lebih memilih menggunakan pewarna kimia. Selain mudah dalam pengerjaannya, produksi batik dengan menggunakan pewarna kimia ongkos produksinya lebih irit. Meskipun rekan-rekan seprofesinya telah jarang yang membuat batik sogan yang memakai pewarna alami, Harno akan tetap setia menekuni pembuatan batik sogan. (N. Hartono – Humas)

GOTONG ROYONG TNI, PNS DAN WARGA BANGUN JALAN DESA

SRAGEN  -Bupati Sragen Agus Fatchurrahman, SH, MH beserta puluhan TNI, PNS dan warga masyarakat bergotong-royong membangun pengecoran jalan di dukuh Pablengan RT 15/7 Desa Krikilan Kecamatan Kalijambe, Rabu pagi (4/7). Kegiatan ini merupakan rangkaian acara Srawung Warga Bupati Sragen dengan masyarakat Kec. Kalijambe yang dilaksanakan di Balai Desa Krikilan Selasa Malam.
Menurut Bupati Sragen, kegiatan gotong royong ini merupakan kegiatan mulia untuk membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Rencananya kegiatan pengecoran jalan seperti ini akan dilaksanakan secara rutin dalam rangkaian kegiatan Srawung Warga selanjutnya.

Jalan cor yang dibangun tersebut sepanjang 225 meter dengan lebar 140 centimeter. Bupati Sragen mengatakan, dana yang digunakan untuk membangun jalan ini merupakan dana shodaqoh dari seluruh kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kab. Sragen. “Kegotong royongan ini merupakan kegiatan mulia untuk meningkatkan kepedulian pada rakyat,” tutur Bupati.

Pada malam hari sebelum acara pembangunan jalan, Bupati Sragen yang disertai beberapa staf dan pejabat eselon menginap di rumah warga desa setempat. Pada kesempatan tersebut Bupati beramah tamah dengan warga hingga pukul setengah tiga pagi. Pada malam itu juga Bupati menyempatkan mengunjungi rumah mbah Satiman, salah satu  warga setempat yang rumahnya masuk kategori  rumah tidak layak huni (RTLH). Mbah Satiman adalah salah satu warga yang akan mendapatkan dana bedah rumah dari Pemkab Sragen.

Bupati Sragen mengatakan mulai Tahun Anggaran  2012 dan tahun-tahun  selanjutnya Pemkab tetap akan mengalokasikan kegiatan yang peduli pada rakyat kecil. “Bagaimanapun keadaan keuangan daerah, bantuan kepada rakyat kecil tetap akan dianggarkan,” tutur Bupati Sragen.

Seperti pada para pengrajin Sarung Goyor di Kalijambe, Pemkab telah mengalokasikan bantuan 40 unit alat tenun bukan mesin (ATBM). Bantuan ini akan diperkuat dengan bantuan dari Pemerintah Propinsi yang juga akan membantu 40 alat serupa.

Sementara dalam bidang kesehatan, tahun ini Pemkab Sragen telah menganggarkan 6 Milyard melalui Dinas Kesehatan dan 2,5 Milyard di Rumah Sakit Umum Daerah dalam Program Jaminas Kesehatan Masyarakat.
Usai bergotong royong membangun jalan, Bupati dan rombongan mengunjungi SMP Negeri 2 Kalijambe untuk beramah tamah dengan para guru di sekolah ini. (N.Hart)

Ungkapan mbah Sutiyem, ketika Bupati menginap di rumahnya, “ MATUR NUWUN SANGET PAK...”

SRAGEN – Sepasang mata sesosok wanita tua renta tampak berkaca-kaca saat berbincang-bincang dengan Bupati Sragen Agus Fatchurrahman. Sambil mengengam tangan Bupati dengan terbata-bata dia mengucapkan, “Matur nuwun sanget pak”. Dari raut wajahnya yang telah keriput mengisyaratkan kegembiraan teramat sangat. Dia tidak menyangka malam itu seorang Bupati menginap di gubugnya yang telah reyot dimakan usia. “Kulo mboten nyongko menawi pak Bupati kerso nyipeng wonten gubug kulo mriki, kulo remen sanget,” kata mbah Sutiyem, seorang janda tua yang tinggal di Dukuh Nglaban RT 3 Desa Ngandul kecamatan Sumberlawang. Rumah mbah Sutiyem merupakan salah satu rumah tidak layak huni (RTLH) yang akan mendapatkan bantuan biaya renovasi rumah.

Di Kabupaten Sragen ada sekitar 67 ribu rumah yang tidak layak huni (RTLH). Sementara pada Anggaran Tahun 2012 ini, 1300 RTLH akan mendapatkan bantuan renovasi rumah, masing – masing sebesar 6 juta rupiah. Program renovasi rumah atau yang di sebut dengan Program Bedah Rumah ini selaras dengan visi misi Bupati yang bertekad untuk membela “wong cilik”. Selain Program Bedah Rumah, pada tahun 2012 ini telah dianggarkan sebesar 200 juta untuk bantuan beasiswa anak warga miskin yang pandai dan kuliah di perguruan tinggi negeri. Sementara dalam penerimaan siswa baru tahun ajaran 2013/2014, Pemkab Sragen telah mengeluarkan kebijakan 20 persen kuota penerimaan siswa di Sekolah Negeri akan diprioritaskan bagi anak dari keluarga tidak mampu.

Malam itu Bupati Sragen yang disertai beberapa staff menginap di rumah mbah Sutiyem usai melaksanakan acara “Srawung Warga” dengan masyarakat Sumberlawang. Bupati sengaja memilih menginap dirumah warga yang kurang mampu untuk lebih dekat dengan wong cilik. Disekitar rumah mbah Sutiyem tampak beberapa ibu-ibu sedang melakukan praktek memasak. Mereka ini adalah ibu-ibu produktif yang kesehariannya mempunyai usaha pembuatan makanan ringan. Bupati pun sempat meninjau dan mencicipi hasil masakanya. Usai melihat-lihat  praktek memasak dari ibu ibu ini, Bupati dan rombongan meninjau pembuatan kerajinan stainless steel di samping utara rumah.

Sebelum beristirahat malam, Bupati menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan warga di halaman rumah mbah Sutiyem yang telah digelari dengan tikar plastik. Saat itu waktu telah menunjukkan pukul 00.00 wib, Kopi hangat dan jadah goreng menemani perbincangan Bupati dengan warga sekitar rumah mbah Sutiyem membuat suasana menjadi sangat menarik. Materi perbincangannya pun tidak terlalu berat, kadang diselingi dengan canda-canda kecil. Hingga tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 02.00 wib. Setelah warga berpamitan, Bupati pun beristirahat masuk ke rumah mbah Sutiyem. Namun, beberapa warga masih melanjutkan bincang bincang di luar rumah, hingga waktu memasuki Azdan Subuh. Usai sholat Subuh dan mandi pagi, Bupati dan rombongan berkeliling kampung untuk melakukan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). (N.Hart)

MELON SRAGEN SIAP MASUK PASAR EKSPORT

SRAGEN -  Buah Melon asal desa Gabus Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen siap memasuki pasar eksport. Pasalnya budidaya tanaman melon di desa ini telah mengikuti standart ASEAN Good Agriculture Pratices (GAP). Hal tersebut diutarakan oleh Direktur Budidaya dan Pasca Panen Buah Kementerian Pertanian RI Ir. Sri Kuntarsih, MM saat panen perdana buah Melon di Demplot Pengembangan Kawasan Buah Melon standart ASEAN GAP di desa Gabus Kecamatan Ngrampal Kab. Sragen, Selasa (26 Juni 2012).

ASEAN GAP merupakan standar untuk panduan budidaya (buah dan sayur) baik dalam proses produksi sampai panen serta penanganan pasca panen di kebun dan di tempat dimana produk disiapkan dan dikemas untuk dijual. Sri Kuntarsih mengungkapkan, saat ini Indonesia telah mengikuti program ASEAN GAP yang konsekwensinya di tahun 2015 semua produk tanaman harus mengikuti standart GAP agar bisa memasuki pasar eksport di Asean. 
Pada kesempatan tersebut Kuntarsih memberikan apresiasi pada kelompok tani Melon pimpinan Samin ini. Meski membudidayakan Melon tidaklah gampang tapi nyatanya petani bisa memetik hasil panen dengan baik. Apalagi jenis Melon yang di tanam ini terbilang jenis varietas  baru yakni Sakata Glamour. “Memang untuk mengikuti pangsa pasar, kita harus berani untuk selalu mencoba jenis jenis varietas baru permintaan konsumen, “ katanya.

Budidaya tanaman Melon meski tingkat kegagalan panenya tidak kecil namun  hasilnya juga lumayan besar. Untuk sepertiga hektarnya petani harus mengeluarkan modal biaya produksi sebesar 20 hingga 30 juta rupiah. Hasil panennya bisa mencapai 65 juta rupiah dalam masa tanam sekitar dua bulan. Jadi petani akan untung bersih sekitar 40-an juta rupiah.

Kuntarsih mengungkapkan, sebenarnya tanaman melon bisa dibudidayakan sepanjang masa, baik musim penghujan maupun musim kemarau. Agar masa panen tidak berbarengan, Asosiasi Petani Melon-lah yang bertanggug jawab untuk mengatur masa tanam. Apabila masa tanam bisa diatur, maka nantinya panen melon akan bisa dilakukan sepanjang minggu, sehingga eksport pun juga bisa dilakukan sepanjang waktu.

Agar kualitas produk yang masuk dalam program ASEAN GAP nantinya  bisa dijaga kualitasnya. Indonesia akan mendatangkan auditor ASEAN GAP dari negara konsumen. “Sehingga kepercayaan dari negara konsumen akan tetap terjaga,” tutur Kuntarsih.

Sementara Ir. Sumantri dari Dinas Pertanian Propinsi Jawa Tengah mengungkapkan, dipilihnya kabupaten Sragen sebagai lokasi demplot tanaman melon ASEAN GAP karena Sragen merupakan sentra budidaya melon di Jawa Tengah. Selain itu  di Sragen juga telah berdiri Asosiasi Agribisnis Melon Indonesia (AAMI). Dengan mengikuti program ini, Sumantri mengharapkan, produksi melon Indonesia akan terangkat harganya dan bisa memasuki pasar ekspot. Meski demplot tanaman melon ini beberapa waktu lalu sempat terkena serangan hama Vusarium, namun hal itu bukan merupakan kendala, karena sudah tertangani dengan baik. Untuk membimbing para petani melon di demplot ini, Dinas Pertanian Prop Jateng telah menunjuk Dr. Ir. Sobir sebagai pendamping teknis bagi para petani.

Secara keseluruhan pada bulan Juni 2012 ini panen melon di Kabupaten Sragen sebanyak 6367 ton dengan luasan lahan 32 Ha dan angka produktivitasnya 230,20 Kw/Ha seperti diungkapkan Plt Sekda Ir. Endang Handayani, MM pada kesempatan yang sama. (N.Hart)

Ayo Sukseskan “Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji”

SRAGEN  - Kementrian Agama (Kemnag) RI sedang menggalakkan Gerakan Magrib Mengaji. Gerakan Nasional bagi masyarakat muslim Indonesia ini merupakan gerakan membiasakan mengaji setelah waktu shalat Magrib.  Hal ini bertujuan  untuk menangkal pengaruh negative dari berbagai sumber baik  televisi, telepon seluler (ponsel), internet, komik, dan majalah khususnya ahklak generasi muda yang akhir akhir ini mulai terkikis oleh kemajuan informasi dan teknologi.

Kebiasaan maghrib mengaji ini juga bisa di jadikan sarana transfer ilmu ataupun komunikasi antara orang tua dengan anak sehingga terjalin keakraban di dalam keluarga.  Berbagai manfaat yang didapat dengan kegiatan mengaji seusai maghrib diharapkan mampu mengatasi dekadensi moral dan kemerosotan akhlak di Indonesia. Kabupaten Sragen pun tidak ketinggalan dalam mensosialisasikan Grakan Nasional ini.

Sekretaris Daerah Kabupaten Sragen melalui surat edaran bernomor 450/170/006/2012 mengeluarkan himbauan bagi seluruh masyarakat muslim di Sragen untuk mensukseskan  program yang telah dicanangkan oleh Kementrian Agama sejak 30 Maret 2011 lalu. Adapun langkah langkah himbauan untuk mensukseskan  program ini yaitu dengan tidak menyalakan televisi /radio/ media elektronik lainnya di rumah masing masing, mulai saat maghrib sampai dengan Isya’. Langkah kedua  masyarakat juga perlu memanfaatkan saat Maghrib sampai dengan Isya’ untuk memakmurkan Masjid /Musholla/ Langgar, menghadiri pengajian, membaca Al Qur’an dan membaca kalimah-Kalimah Thoyibah lainnya.

Langkah ketiga dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang bernuansa syiar keagamaan dalam rangka peningkatan pemahaman agama dan kualitas keimanan dan ketakwaan. Himbauan ini juga disampaikan ke seluruh pegawai, masyarakat, keluarga muslim di Kabupaten Sragen  serta sekolah se-kabupaten Sragen.(ry)

Ratusan Lahan Kosong di Kendal Segera Ditanami

KENDAL - Hingga kini masih ada sekitar 200 ha lahan gundul dari seluruh lahan milik Perhutani KPH Kendal. Namun lahan kosong tersebut dipastikan akan segera direboisasi, ditargetkan tahun depan sudah tidak ada lagi lahan kosong di wilayah Perhutani KPH Kendal. ADM Perum Perhutani KPH Kendal, Ir Sunarto berharap akan segera bisa mengisi lahan-lahan yang kosong agar keberadaan hutan di Kendal lebih bisa bermanfaat bagi masyarakat. Meski selama ini pengelolaan hutan di Kendal sudah bagus dengan dibuktikan diperolehnya sertifikat hutan lestari FSC dark internasional, namun beberapa hal perlu ditingkatkan terutama masalah sosial.

Sunarto menjelaskan, dari 20 KPH di Perum Perhutani Unit I Jateng baru 2 KPH yang memperoleh sertifikasi tersebut yaitu Kendal dan Kebonharjo, Rembang. Untuk tahun 2012 ada tiga KPH Yang mendaptkan sertifikat FSC yaitu KPH Randu Blatung, KPH Cepu dan KPH Ciamis. Dikatakan, Dephut dan LSM dari Jerman akan meniru sistem pengelolaan hutan di Kendal untuk diterapkan di luar Jawa. Dijelaskan, sharing Perum Perhutani Unit I Jateng di tahun 2011 cukup tinggi yaitu senilai Rp 7 milliar dan untuk Kendal sekitar Rp 170 juta, sedangkan hasil pertanian tumpangsari di Kendal mencapai Rp 10,5 milliar sedangkan Jateng mencapai Rp 1,5 Trilliun.”Untuk wialayah Kendal tanahnya terbilang subur jika dibanding KPH yang lain karena bonetanya diatas 2,” jelasnya.

Sunarto mengatakan, meski sudah mendapatkan sertifikat pengelolaan hutan lestari pihaknya akan terus meningkat pengelolaan hutan. Diakui, kejadian illigal loging masih ada, namun jumlahnya terus menurun setiap tahun. Hal tersebut disebabkan karena pendekatan yang dilakukan Perhutani dan melibatkan masyarakat kegiatan perhutani.”Setiap tahun kejadian illegal loging terus berkurang,” jelasnya.

Menurut Sunardi, banyak manfaat memperoleh sertifikat diantaranya harga Jual Kayu hasil tebangan lebih mahal sekitar sepuluh persen sehingga banyak KPH Yang in in segera mendapatkan sertifikat setingkat internasional. Dikatakan, tidak mudah untuk mendapatkan sertifikasi itu karena pengelolaan hutan harus dilakukan secara lestari dan benar. (**Kontributor Kendal/hedj/P)

Kekeringan Melanda Wonogiri

WONOGIRI- Kekeringan mulai dirasakan di delapan kecamatan di wilayah Wonogiri selatan sejak sebulan lalu. Sejumlah camat juga menyatakan mayoritas warganya mulai membeli air bersih dari mobil tangki yang dijual swasta. Sebab, telaga-telaga di wilayah tersebut yang merupakan sumber air mulai habis.

Camat Paranggupito, Purwoto, mengatakan sejumlah telaga yang biasanya digunakan warga untuk konsumsi air bersih sejak sebulan lalu sudah kosong dan tidak ada air. “Telaga itu sudah kering sekitar satu bulan lalu. Kami berharap ada bantuan dari pemerintah daerah secara merata,” katanya saat rapat koordinasi antisipasi kekeringan di Ruang Data Pemkab Wonogiri, belum lama ini.

Ia menambahkan, sebenarnya banyak bantuan air bersih di wilayahnya tetapi mayoritas langung ke lokasi dan tidak lapor ke pihak kecamatan, sehingga sulit untuk didata. Untuk itu, pihak kecamatan berharap ada laporan dari desa jika ada bantuan air dari pihak ketiga agar didistribusikan secara merata. Di wilayahnya, setidaknya ada delapan desa yang selalu dilanda kekeringan saat musim kemarau.

Serupa yang diungkapkan Camat Giritontro, Kuswandi. Di wilayahnya, ada empat telaga yang saat ini sudah tidak ada air. Padahal, telaga itu kerap dimanfaatkan warga untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

Di Kecamatan Giritontro ada lima desa yang dilanda kekeringan dengan jumlah penduduk 11.370 orang. “Kami harap ada bantuan air bersih setiap harinya minimal 20 liter per orang. Itu pun kadang tidak mandi. Belum lagi untuk minum satu ternak minimal juga 20 liter per hari,” ujarnya.

Kabag Kesra Setda Wonogiri, Maryanto, S.Sos membenarkan jika mayoritas bantuan air bersih dari pihak ketiga langsung ke lokasi kekeringan. “Sebenarnya, di Bagian Kesra ada alokasi dana bantuan sosial sebesar Rp150 juta per tahun dari APBD. Bantuan itu tidak hanya untuk kekeringan, tapi juga warga yang sakit dan bencana alam lainnya,” katanya.

Dana itu, lanjut dia, belum bisa terserap maksimal karena hanya dikeluarkan sesuai permohonan dari masyarakat. Terkait kekeringan, ia berharap agar para camat segera melapor sehingga bantuan bisa segera dialokasikan.
Sementara itu, Kabid Pengairan Dinas Pengairan Energi Sumber Daya Mineral (PESDM), Ngadino, mengatakan dari informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim kemarau tahun 2012 dimulai awal bulan April. Sedangkan musim hujan diperkirakan mulai bulan November dan Desember. (HUMAS-esti suci)

Bupati Cilacap Lepas Kontingen Jumbara PMI

CILACAP. Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji, Kamis (05/07) melepas kontingen PMI Kabupaten Cilacap yang akan mengikuti Jumpa Bakti Gembira dan Temu Karya KSR (Jumtekprov) Tingkat Jawa Tengah.

Menurut Ketua PMI Kabupaten Cilacap, Bambang Toedjiono, Jumtekprov tingkat Jawa Tengah berlangsung dari 5 hingga 10 Juli mendatang, di Bumi Perkemahan Widoro Kebumen. Kontingen Kabupaten Cilacap terdiri 63 orang, terdiri dari Korps Sukarela, PMR tingkat Mula, Madya dan Wira dan sejumlah pendamping.

Jumtekprov dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan karakter kepalangmerahan dan peran anggota PMR, melalui penerapan Tri Bakti PMR, pendidikan sebaya, serta pendekatan ketrampilan hidup dan peningkatan peran Karya Korps Sukarela (KSR) dalam tugas-tugas kepalangmerahan.

Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji dalam kesempatan tersebut menyampaikan, sebagai duta Cilacap kontingen PMI diharapkan mampu melaksanakan tugas dengan baik dan menjaga nama baik Kabupaten Cilacap.

Melihat kiprah PMI di Cilacap, Bupati merasa gembira, karena telah banyak hal positif yang dilakukan. Kiprah tersebut diantaranya membantu meringankan penderitaan sesama, baik membantu korban bencana alam, kecelakaan maupun hal lain yang memerlukan pertolongan.

Oleh karena itu, Bupati berharap, hal-hal baik yang telah dilakukan PMI selama ini terus dipertahankan dan makin ditingkatkan lagi dimasa-masa mendatang, sehingga eksistensi PMI semakin dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. (hromly)

Upaya Penanganan Kemiskinan Harus Dipertajam

BANJARNEGARA– Upaya penanganan kemiskinan yang selama ini telah berjalan dirasa perlu untuk lebih dipertegas lagi. Termasuk mengenai target pencapaian dan focus penanganan. Setiap SKPD yang terlibat harus berani secara jelas dan tegas merumuskan arah pencapaian program-programnya secara nyata, baik mengenai pencapaian program maupun hasil-hasilnya.
 
“Salah satu bagian yang penting dari pengananan kemiskinan adalah dalam hal penyusunan APBD harus tegas menetapkan berapa banyak program kemiskinan yang terkover dan berapa target angka kemiskinan yang akan diturunkan. Bila belum yakin, maka sebelum diserahkan ke DPRD, draf tersebut seharusnya diperbaiki lagi” kata Wakil Bupati Drs. Hadi Supeno,M.Si, Kamis (05/07), di acara Semiloka PNPM Mandiri Perdesaan.

Harapan ini berlaku juga bagi SKPD yang program-programnya terkait dengan penanganan kemiskinan secara langsung seperti halnya Indagkop, Dinas Pertanian, Disnakertrankesos, dan seterusnya. Sasaran program harus jelas ditujukan kepada pemberdayaan kaum miskin, serta ditegaskan pula target pencapaian penurunan angka kemiskinan yang direncanakan dari program tersebut. “Dengan demikian, arah penanganan kemiskinan mempunyai parameter yang jelas, bukan ukuran kualitatif, namun lebih jelas lagi ukurannya” katanya. Saat ini, angka kemiskinan di Kabupaten Banjarnegara berkisar pada angka 19%, masih jauh lebih tinggi dari angka kemiskinan Jawa Tengah yang mencapai angka 15% dan nasional pada kisaran 12%. Namun bila semua pihak konsekuen untuk mewujudkan program kemiskinan, Pemkab optimis angka kemiskinan di Kabupaten Banjarnegara turun pada kisaran 10 % di tahun 2015. “Kita targetkan setiap tahun angka kemiskinan turun sebesar 3%” katanya.
 
Program penanganan kemiskinan, imbuh Hadi, adalah sebuah program pemberdayaan. Yang namanya pemberdayaan, mau tidak mau harus ada sikap pemihakan dan pembelaan. “Konsep pemberdayaan seperti ini kiranya harus dipahami oleh seluruh
SKPD dan diwujudkan secara nyata dalam pelaksanaan program-programnya.
Sehingga upaya penanganan kemiskinan tidak hanya berhenti pada pembahasan di sebuah semiloka” katanya.
 
Salah satu langkah penting untuk mewujudkan penanganan kemiskinan, kata Hadi, adalah dengan mengoptimalkan kinerja Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) yang sekarang ini sekretariatnya ada di Bappeda. Tim yang beranggotakan SKPD terkait, sektor swasta, dan perbankan ini bertujuan untuk mempercepat akselerasi program penanganan kemiskinan agar lebih cepat pencapaian
sasarannya.

“Salah satu yang dapat dikerjakan oleh Tim ini adalah mengoptimalkan
peran swasta melalui program CSR perusahaan yang lebih terkoordinasi dan terarah dalam menangani program  kemiskinan. Selain itu diperlukan juga suatu upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat melalui optimalisasi peran zakat dan upaya kreatif lainnya dalam penananganan kemiskinan” katanya.

Bila kita hanya bertumpu pada program konvensional yang ada, imbuh Hadi, butuh berapa lama Pemkab agar mampu menangani penurunan angka kemsikinan. “Sebagai contoh, saat ini ada kurang lebih 66 ribu Rumah Tidak Layak Huni. Setiap tahun melalui APBD pemerintah hanya mampu menyalurkan dana untuk perbaikan 1200 RTLH. Kalau kita berpegang pada keformalan program, butuh berapa tahun sasaran program terpenuhi?” katanya.
 
Menurut Ketua Panitia Penyelenggara Drs. Imam Purwadi, penyelenggaraan kegiatan ini ditujukan untuk menkoordinasikan, mensinkronisasikan seluruh program-program pengentasan kemiskinan. “Selain itu, semiloka ini juga ditujukan untuk memperkuat  komitmen SKPD dalam rangka penanggulangan kemiskinan yang diwadahi dalam forum TKPKD” katanya. Peserta yang diundang dalam kegiatan semiloka ini, lanjut Imam, adalah sebanyak 75 orang. Mereka terdiri dari SKPD,  Tokoh Masyarakat, Perguruan Tinggi, LSM dan Wartawan. ** Kontributor humas Banjarnegara

75 Persen Alat SAR Di Wonogiri Rusak

WONOGIRI – Sebanyak 121 dari 205 peralatan yang dimiliki SAR Wonogiri, dalam kondisi rusak. Atau sekitar 75 persen kerusakannya. Kerusakan terjadi di hampir seluruh peralatan dan perlengkapan, seperti kondisi mobil, kapal, alat selam, HT, tali, jangkar, pelampung ataupun peralatan penyelamatan vertikal. Termasuk mobil ambulans dan hartop karena uzur. Hal ini terungkap saat audiensi angota SAR dengan Bupati Wonogiri H. Danar Rahmanto di Rumah Dinas Bupati, Rabu (4/7).

“Keterbatasan biaya operasional dan anggaran untuk pelatihan ditambah banyak alat yang rusak tidak menyurutkan semangat tim. Alat-alat pun banyak yang hasil dari urunan sendiri. Meski begitu kiranya ada perhatian dari Pemkab terkait pendanaan. Selama ini alat hasil bantuan APBD Kabupaten dan Provinsi juga pinjam pakai. Anggota belum satu pun yang memiliki asuransi jiwa,” kata Warseno, Komandan SAR Kabupaten Wonogiri.

Berdasarkan data, sejak dibentuk 2005 hingga per 3 Juli, SAR telah melakukan 109 operasi. Baik kejadian tenggelam, kebakaran, evakuasi mayat, tanah longsor dan banjir. Bahkan turut dalam operasi banjir Jakarta 2006. Saat ini anggota SAR Wonogiri ada sekitar 100 orang. Mereka terbagi di tiga markas, yaitu markas induk dan dua unit di Pracimantoro dan Tirtomoyo.

Dalam kesempatan tersebut terungkap jika dalam evakuasi pun kerap nekat karena alat kurang. “Evakuasi korban tenggelam hanya ada satu tabung sedangkan pencarian harus berlanjut. Akhirnya banyak yang nekat tanpa alat yang memadai,” kata Aris, salah satu anggota.

Selama ini selain urunan, SAR mengandalkan bantuan sukarela dari warga yang peduli. Bupati didampingi Sekda Drs. Budisena, MM, Asisten I Bidang Pemerintahan Drs. Edi Sutopo, M.Si, Asisten II Bidang Kesra Bambang Haryadi, SH, MM, Kepala Dinas Sosial Drs. Sungkono, MM, dan Kepala Kesbangpolinmas Gatot Gunawan SH, MM menyerap aspirasi itu dan akan mengusulkan ke DPRD agar ada tambahan anggaran untuk tim SAR pada APBD. Bupati berharap keluhan anggota SAR juga menjadi pertimbangan anggota Dewan dalam mengalokasi anggaran pada tahun 2013 nanti. Menurutnya, peran anggota SAR cukup pentig dalam mendukung program pemerintah. (HUMAS-esti suci)

Kekeringan, 75 Ha Padi Terancam Gagal Panen

Wonogiri –  Seluas 75 hektar (Ha) lahan pertanian tanaman padi di Kabupaten Wonogiri kekurangan air dan terancam kekeringan. Diprediksi jika tidak ada pasokan air dalam waktu dekat dipastikan bakal mengalami gagal panen yang mengakibatkan kerugian mencapai Rp 150 juta.

Areal sawah yang terancam kekeringan itu tersebar di tiga kecamatan. Masing-masing di Kecamatan Batuwarno dengan wilayah terluas mencapai 52 hektar, disusul Kecamatan Slogohimo dengan 20 hektar dan terakhir 3 hektar di Kecamatan Selogiri.

“Rata-rata tanaman padi di areal tersebut saat ini tengah memasuki usia satu bulan, sehingga jika dihitung-hitung dari ongkos penyediaan bibit, biaya pengolahan lahan, pengadaan pupuk, hingga tenaga kerja per hektarnya akan merugi Rp 2 juta seandainya nanti benar-benar tak ada air dan gagal panen,” ungkap Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (DispertanTPH) Kabupaten Wonogiri, Guruh Santoso melalui Kabid Tanaman Pangan, Sutardi, di ruangannya, belum lama ini.

Menurutnya, penyebab kekeringan lantaran sumber air yang mengering lantaran datangnya musim kemarau. “Kalau yang di wilayah selatan seperti di Kecamatan Pracimantoro, Paranggupito, atau Giritontro malah tidak ada ancaman kekeringan bagi pertanian, sebab sebagian besar adalah tanaman ketela pohon atau palawija yang tidak terlalu membutuhkan pasokan air banyak seperti padi,” tambahnya. (HUMAS-esti suci)

Rangkaian Peringatan Hari Jadi ke-407 Pemkab Kendal Gelar Lomba Kuliner

KENDAL- Belum lama ini, Pemkab Kendal menggelar Lomba Makanan dan minuman Khas Kabupaten Kendal. Kegiatan Lomba tersebut merupakan rangkaian Peringatan Hari Jadi Kebupaten Kendal yang ke 407.
 
Panitia Lomba, Ir Subaedi menyampaikan bahwa selain sebagai sarana untuk memperkenalkan masakan dan jajanan khas Kendal, kegiatan ini   dijadikan sebagai sarana untuk merumuskan makanan kkas Kendal. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan mampu menggali aneka olahan Bandeng tandu.
 
Menurut Subaedi, bertindak sebagai juri adalah dari kalangan profesional yaitu Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Universitas Muhammadiyah Semarang dan perusahaan Tepung, Rose Brand. Peserta keseluruhan berjumlah 120 dengan rincian 20 peserta masakan khas Kendal, 50 peserta olahan Bandeng tandu, dan sisanya 20 peserta jajanan tradisonal.
 
Bagian Tata Pemerintahan Setda berhasil keluar menjadi pemenang pada kategori jajanan tradisonal. PDAM menjadi juara I untuk kategori olahan Bandeng tandu, dan Kecamatan Kaliwungu Selatan berhasil memenangkan kategori masakan khas Kendal.
Sementara itu, pada kesempatan yang sama juga berlangsung Lomba minuman Tradisonal khas Kendal yang diselenggarakan di Gedung PKK. Menurut Ketua Panitia Asrifah S.Kep, peserta berjumlah 22, terdiri dari 20 peserta dari kecamatan, dan 2 dari kalangan organisasi wanita. Kecamatan Gemuh berhasil menjadi pemenang lomba ini.
 
Bupati Kendal melalui Asistem Administrasi Dra, Tri. Marti Andayani, MM menyampaikan bahwa aneka lomba ini diselenggarakan untuk memperkuat perekonomian masyarakat, karena dengan menggali kreativitas, diharapkan masyarakat dapat menyelenggarakan usaha di rumah masing-masing. "Bupati Kendal melalui program jelajah desa menemukan berbagai sajian dan hidangan yang unik serta menarik dari seluruh penjuru Kabupaten yang layak untuk dieksplorasi dan ditampilkan. Dengan demikian akan muncul makanan-makanan khas dari tiap daerah, yang dapat dijadikan untuk merumuskan sajian khas Kabupaten Kendal", lanjut Tri Marti. (**Kontributor Kendal/hedj/P)