Site Map

Rabu, 28 Desember 2011

PRESIDEN SBY CANANGKAN RFCC DI PERTAMINA RU IV CILACAP

CILACAP. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Rabu (28/12) meresmikan groundbreaking dimulainya proyek pembangunan Residuel Fluid Catalytic cracking/RFCC Pertamina RU IV Cilacap.

Presiden SBY didampingi Menko Perekonomian, Hatta Rajasa, Menkopolhukam Joko Santoso, Menteri ESDM Jero Wajick, Menteri BUMN Dahlan Iskak, sejumlah pejabat Negara lainnya dan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, serta undangan lain.

Pada kesempatan tersebut Presiden juga meresmikan pengoperasian tiga PLTU yang berkapasitas 1.700 MW yang terdiri dari PLTU Banten Suryalaya dengan kapasitas 625 MW, PLTU Banten Lontar dengan kapasitas 315 MW dan PLTU Tanjung Jati B Jepara Jawa Tengah dengan 660 MW.

Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan dalam laporannya mengatakan, pembangunan proyek RFCC merupakan salah satu rencana jangka panjang Pertamina menuju pada Word Class Energy Company. Proyek RFCC yang diperkirakan beroperasi secara komercial pada akhir 2014, menelan biaya 1,4 milyar USD atau senilai Rp. 8 trilyun.

Lebih lanjut Karen mengemukakan, proyek RFCC Pertamina RU IV Cilacap, diharapkan mampu meningkatkan gasoline sebesar 1,9 juta kilo liter, peningkatan produksi LPG 352 ribu ton dan RFCC juga akan memproduksi propylene sebesar 142 ribu ton per tahun.

Karen Agustiawan menjelaskan, saat ini Pertamina memiliki enam kilang dengan total kapasitas pengolahan minyak mentah kurang lebih 1 juta barrel per hari dan mampu memproduksi BBM 41 juta kilo liter per tahun. Jumlah tersebut terdari dari premium 12 juta kilo liter, solar 18,3 juta kilo liter, kerosene 7 juta kilo liter, dan avtur sejumlah 3,3 juta kilo liter.

Sementara itu Kebutuhan nasional saat ini telah mencapai 56 juta kilo liter per tahun dan terus meningkat dengan laju konsumsi rata-rata 4 persen per tahun. Dengan tingkat kebutuhan nasional tersebut, produksi premium dari kilang pertamina hanya dapat memenuhi kebutuhan sebesar 54 persen, produk solar sebesar 86 persen, dan kebutuhan avtur dapat dipenuhi sebesar 100 persen.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutan peresmiannya mengatakan, kebutuhan energy dewasa ini makin penting, baik itu BBM, bahan bakar gas, maupun bahan bakar batubara. Kebutuhan akan energy diseluruh dunia, juga semakin meningkat. Dengan penduduk dunia tahun 2011 yang mencapai 7 milyar, dan diprediksi akan menjadi 9 milyar pada tahun 2045, tentunya juga memerlukan energy yang semakin besar pula.
Sampai tahun 2045, lanjut SBY, kebutuhan komoditas pangan di seluruh dunia mencapai 70 persen dan kebutuhan komoditas energy mencapai 60 persen. Ini menunjukan bahwa energy menjadi semakin penting dan menjadi komoditas yang semakin dibutuhkan masyarakat dunia.

Menurut SBY, Kalau dihitung produksi minyak kita, ditambah dengan produksi bahan bakar gas dan bahan bakar batubara jumlahnya mencapai 6 juta barel equivalen setiap harinya. Produksi ini sebenarnya besar, dibanding dengan Negara-negara yang tidak memiliki sumber energy, sebagaimana yang di miliki oleh Indonesia. Memang untuk minyak produksinya semakin menurun, karena sumur-sumur minyak kita yang sudah tua, tetapi untuk gas dan batubara masih memiliki prospek yang cerah. Oleh karena itulah dengan kebijakan yang tepat, kita ingin menyumbang kepada dunia dan ingin memenuhi kebutuhan dalam negeri sendiri atas produksi sumber-sumber energi kita.

Kita tahu membangun industri energi memerlukan sumberdaya, jangka waktu dan berbagai dukungan yang tidak ringan. Untuk melaksanakan eksplorasi dan produksi, misalnya minyak atau gas , diperlukan waktu yang tidak singkat (hromly).

0 komentar:

Posting Komentar