Site Map

Kamis, 15 Desember 2011

Museum Sangiran, Resmi jadi Warisan Budaya Dunia

SRAGEN - Sejak dibangun pada 2005 silam, museum sangiran yang terletak di Kecamatan Kalijambe, akhirnya diresmikan penggunaannya  oleh Wakil Menteri pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan yang juga sebagai pembuat Desain Engginering Plan Sangiran, Prof Dr. Windu Nuryati, PHD, Rabu (15/12).

Dua puluh tahun silam tempat tersebut masih berupa joglo sederhana yang dijadikan tempat pengumpulan fosil-fosil purba oleh kepala desa Krikilan, Toto Marsono. Kini, ditanah yang berusia 1,8 juta tahun itu telah berdiri megah sebuah bangunan museum bertaraf internasional.

Berbagai rangkaian acara digelar mengiringi peresmian museum, mulai dari seminar internasional yang mendatangkan 100 pakar arkelologi di dunia hingga pelaksanaan penggailian di Sangiran bersama ilmuwan dari Uni Eropa. Selain itu, pada acara tesebut diserahkan rekonstruksi rangka kuda air berusia 1,2 juta tahun yang ditemukan di Bukuran oleh tim gabungan Indonesia – Peancis. “Semua rangkaian acara yang dilakukan dalam Grand Opening Museum Sangiran adalah untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Museum sangiran telah memiliki bobot internasional dan merupakan warisan dunia yang tak ternilai harganya,” terang Hari Widiyanto, Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran.

Museum Sangiran berdiri di dalam Cluster Krikilan yang merupakan Cluster pertama yang telah rampung dibangun. Masih ada tiga Cluster lainnya yang akan mulai dibangun tahun depan. Pemerintah Indonesia melalui Prof Dr. Windu Nuryati, PHD kemaren mengatakan pemerintah telah menggarkan dana pembangunan tiga Cluster lainnya yakni Cluster Ngebung, Cluster Bukuran, keduanya terletak di wilayah Kab. Sragen, dan Cluster Ndayu yang terletak di wilayah Kab. Karanganyar. “Pembanguna  situs purbakala ini tidak akan berhenti, pembangunan masih akan berlanjut, masih banyak yang harus dilakukan, dana anggaran 38 milyard pembangunan situs ini tergolong kecil dibandingkan dengan museum-museum purbakala di negara lain, idealnya malah lima kali lipat,” ujarnya.

Tiap Cluster tersebut akan menjadi pusat-pusat penelitian zaman purba sesuai masing-masing bagiannya. Misalnya Cluster Ndayu akan dijadikan pusat penelitian arkeologi mutakhir dan Cluster Ngebung akan menjadi pusat sejarah temuan fosil. Pembangunan Cluster akan melibatkan Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan Kabupaten Sragen serta Kabupaten Karanganyar.

Museum Sangiran yang mempunyai 14.000 an koleksi fosil ini menawarkan tiga titik wisata purba yang menakjubkan. Di museum I, pengunjung dapat menyaksikan pameran fosil-fosil asli dan peralatan manusia purbakala. Kemudian dimuseum II dihadirkan 12 langkah kemanusiaan, mulai dari terciptanya alam, terbentuknya kepulauan Indonesia dan jawa, terbentuknya kepulauan indonesia dan jawa, kedatangan manusia pertama, proses evolusi sekitar 1,5 juta tahun lalu dan perkembangannya hingga menjadi manusia modern. Sedang museum III dipertunjukkan tentang zaman keemasan Homo Erectus Sangiran yang bterjadi sekitar 500.000 tahun .

Pengumpulan fosil – fosil Sangiran tidak terlepas dari peran serta Masyarakat Krikilan. Hari Widy menjelaskan, pihaknya sudah berkomitmen untuk memberikan penggantian uang dan penghargaan bagi masyarakat yang menemukan fosil dan menyerahkannya kepada pemerintah. Dengan komitmen ini, diharapkan masyarakat sekitar mulai sadar dan bekerja sama dengan pemerintah untuk menyerahkan fosil-fosil temuannya. “Di tanah ini masih menyimpan banyak fosil yang bisa ditemukan, “ ungkap Hary Widy. Pemberian gantian tidak selalu sama, fosil yang dihargai paling tinggi yakni fosil tengkorak manusia purba, namun tidak menutup kemungkinan fosil-fosil yang lain juga dihargai tinggi dengan catatan fosil tersebut sangat langka, misalnya geraham harimau purba.

Entah disengaja atau tidak, peresmian pada hari itu tanggal 15 Desember 2011 bertepatan dengan peristiwa lima tahun silam 15 Desember 2006, waktu itu terjadi peristiwa penting di Meridian Mexico, dimana Pemerintah Indonesia menerima tanda pengesahan Situs Sangiran ditetapkan sebagai warisan dunia. Hal tersebut diiungkapkan  oleh Bupati Sragen Agus Fatchurrahman saat memberikan sambutan. Bupati Sragen mengharapkan Situs Sangiran yang sangat membanggakan namun kadang kurang dikenal oleh masyarakat Sragen sendiri mengharapkan agar bisa dinikmati oleh  semua kalangan tidak hanya kalangan peneliti.

Tanpa disadari, ternyata Sragen telah menjadi City of Java Man yang memiliki situs yang mengungkap rahasia sejarah manusia purba. Di situs kebanggaan ini memuat cerita tak terputus sejarah perjalanan manusia purba hingga menjadi manusia modern. Dan di tanah yang telah berusia lebih dari 1,8 juta tahun ini ternyata masih banyak menyimpan fosil-fosil purba yang bisa digali, peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk menemukan fosil-fosil ini dan menyerahkannya kepada pemerintah Indonesia. Niat baik pemerintah untuk mengganti dan memberi penghargaan bagi masuatakat yang menemukan beberapa waktu ini telah disambut baik oleh masyarakat, buktinya banyak sekali fosil yang ditemukan warga dan diberikan kepada pemerintah. “Fosil yang kami terima dari masyarakat sangat banyak, sampai kami kewalahan untuk memberikan penggantian,” ugkap Hari Widy. Namun komitmen pemerintah tetap akan diujudkan untuk memberikan penggantian dan penghargaan bagi masyarakat yang menemukan fosil – fosil purba. (Kontributor Humas Sragen)

0 komentar:

Posting Komentar